Nabi
Shallallahu 'Alaihi Wasallam telah menjelaskan tentang waktu turunnya
Lailatul Qadar tersebut. Beliau bersabda,
تَحَرَّوْا
لَيْلَةَ الْقَدْرِ فِي الْعَشْرِ الْأَوَاخِرِ مِنْ رَمَضَان
"Carilah
Lailatul Qadar pada sepuluh hari terakhir dari Ramadhan." (Muttafaq
'alaih)
Lalu
beliau menjelaskan lebih rinci lagi tentang waktunya dalam sabdanya,
تَحَرَّوْا
لَيْلَةَ الْقَدْرِ فِي الْوِتْرِ مِنْ الْعَشْرِ الْأَوَاخِرِ مِنْ رَمَضَانَ
"Carilah
Lailatul Qadar pada malam ganjil di sepuluh hari terakhir dari Ramadhan."
(HR. Al-Bukhari)
Yaitu
malam-malam ganjil dari bulan Ramadhan secara hakiki. Yakni malam 21, 23, 25,
27, dan 29. Lalu sebagian ulama merajihkan (menguatkan), Lailatul Qadar
berpiindah-pindah dari dari satu malam ke malam ganjil lainnya pada setiap
tahunnya. Lailatul Qadar tidak melulu pada satu malam tertentu pada setiap
tahunnya.
Imam
al-Nawawi rahimahullah berkata: "Ini adalah yang zahir dan terpilih
karena bertentangan di antara hadits-hadits shahih dalam masalah itu. tidak ada
jalan untuk menjama' (mengompromikan) di antara dalil-dalil tersebut
kecuali dengan intiqal (berpindah-pindah)-nya."
Syaikh
Abu Malik Kamal dalam Shahih Fiqih Sunnah memberikan catatan terhadap
pendapat-pendapat tentang Lailatul Qadar di atas, "Yang jelas, menurutku,
Lailatul Qadar terdapat pada malam-malam ganjil di sepuluh malam terakhir dan
berpindah-pindah di malam-malam tersebut. Ia tidak khusus hanya pada malam ke
27 saja. Adapun yang disebutkan oleh Ubay, Lailatul Qadar jatuh pada malam ke
27, ini terjadi dalam suatu tahun dan bukan berarti terjadi pada semua tahun.
Buktinya, Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam pernah mendapatinya pada
malam ke 21, sebagaimana yang disebutkan dalam hadits Abu Sa'id Radhiyallahu
'Anhu, Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam berkhutbah kepada mereka
seraya mengatakan:
إِنِّي
أُرِيتُ لَيْلَةَ الْقَدْرِ وَإِنِّي نَسِيتُهَا أَوْ أُنْسِيتُهَا
فَالْتَمِسُوهَا فِي الْعَشْرِ الْأَوَاخِرِ مِنْ كُلِّ وِتْرٍ وَإِنِّي أُرِيتُ
أَنِّي أَسْجُدُ فِي مَاءٍ وَطِينٍ
"Sungguh
aku telah diperlihatkan Lailatul Qadar, kemudian terlupakan olehku. Oleh sebab
itu, carilah Lailatul Qadar pada sepuluh hari terakhir pada setiap malam
ganjilnya. Pada saat itu aku merasa bersujud di air dan lumpur."
Abu
Sa'id berkata: "Hujan turun pada malam ke 21, hingga air mengalir menerpa
tempat shalat Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam. Seusai shalat aku
melihat wajah beliau basah terkena lumpur. (HR. Al- Bukhari dan Muslim)
Demikian
kumpulan hadits yang menyinggung tentang masalah Lailatul Qadar. Wallahu
A'lam." (Selesai ulasan dari Shahih Fiqih Sunnah: III/202-203)
Syaikh
Shafiyyurrahman Al-Mubarakfuri dalam Ithaf al-Kiram (Ta'liq atas
Bulughul Maram) hal 197, mengatakan, "Pendapat yang paling rajih dan
paling kuat dalilnya adalah ia berada pada malam ganjil di sepuluh hari
terakhir. Ia bisa berpindah-pindah, terkadang di malam ke 21, terkadang pada
malam ke 23, terkadang pada malam ke 25, terkadang pada malam ke 27, dan
terkadang pada malam ke 29. Adapun penetapan terhadap beberapa malam secara
pasti, sebagaimana yang terdapat dalam hadits ini (hadits Mu'awiyah bin Abi
Sufyan), ia di malam ke 27, dan sebagaimana dalam beberapa hadits lain, ia
berada di malam 21 dan 23, maka itu pada tahun tertentu, tidak pada setiap
tahun. Tetapi perkiraan orang yang meyakininya itu berlaku selamanya, maka itu
pendapat mereka sesuai dengan perkiraan mereka. Dan terjadi perbedaan pendapat
yang banyak dalam penetapannya."
Tanda-tanda
Lailatul Qadar
Disebutkan
juga oleh Syaikh Ibnu 'Utsaimin rahimahullah bahwa Lailatul Qadar memiliki
beberapa tanda-tanda yang mengiringinya dan tanda-tanda yang datang kemudian.
Tanda-tanda
yang megiringi Lailatul Qadar:
- Kuatnya cahaya dan sinar pada
malam itu, tanda ini ketika hadir tidak dirasakan kecuali oleh orang yang
berada di daratan dan jauh dari cahaya.
- Thama'ninah (tenang), maksudnya
ketenangan hati dan lapangnya dada seorang mukmin. Dia mendapatkan
ketenanangan dan ketentraman serta lega dada pada malam itu lebih banyak
dari yang didapatkannya pada malam-malam selainnya.
- Angin bertiup tenang, maksudnya
tidak bertiup kencang dan gemuruh, bahkan udara pada malam itu terasa
sejuk.
- Terkadang manusia bisa bermimpi
melihat Allah pada malam itu sebagaimana yang dialami sebagian sahabat
radliyallah 'anhum.
- Orang yang shalat mendapatkan
kenikmatan yang lebih dalam shalatnya dibandingkan malam-malam selainnya.
Tanda-tanda
yang mengikutinya:
Matahari
akan terbit pada pagi harinya tidak membuat silau, sinarnya bersih tidak
seperti hari-hari biasa. Hal itu ditunjukkan oleh hadits Ubai bin Ka'b radliyallah
'anhu dia berkata: Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallammengabarkan kepada kami: "Matahari terbit pada hari itu tidak membuat
silau." (HR. Muslim).
Nah begitulah artikel tentang Tanda-tanda Turunnya Malam Lailatul Qadar. semoga bermanfaat^^